Kamis, 22 Maret 2012

Benarkah air hanya berada di Bumi

Sebagian besar air di bumi tidak diproduksi di Bumi tetapi datang dari ruang angkasa, hal tersebut merupakan hasil penyelidikan Infrared Space Observatory (ISO) yang merupakan proyek penelitan area inframerah di alam semesta di European Space Agency (ESA).

Para ahli astronomi telah mengetahui berita tersebut, akan tetapi sampai hari ini lokasi  penghasil air belum menjadi kajian penelitian lebih lanjut. Masih sedikit informasi mengenai air di ruang kosmik didapatkan dari bumi, hal yang utama karena di ruang atmosfer bumi kaya akan uap air dan menghalangi pandangan terhadap air yang terdapat di ruang angkasa.

ISO membantu ahli astronomi  merekonstruksi untuk pertama kalinya siklus air di ruang kosmik, sekaligus  menjadi alat dalam membuka kunci pengetahuan tentang unsur kimia di alam semesta ini.

Sejauh ini, ISO telah membuat sekitar 30.000 penelitian ilmiah, dan penelitian yang paling dikenal adalah mengenai air di ruang angkasa.

Pertama, komposisi-komposisi kimia di ruang angkasa. Hidrogen merupakan elemen yang banyak terdapat di jagad ruang angkasa raya, dan oksigen diproduksi di tengah-tengah bintang-bintang besar dan menyebar ke ruang angkasa oleh angin matahari atau ledakan supernova. Kondisi ideal untuk gas oksigen ini untuk berkombinasi dapat ditemukan di tempat-tempat terbentuknya bintang, contohnya di Nebula Orion.

Pada tahun 1997, ISO mendeteksi sejumlah besar air di Orion, dan ahli astronomi memperkirakan bahwa produksi air di nebula dapat mengisi lautan yang ada di Bumi sebanyak 60 kali dalam sehari.

Sebagian besar molekul-molekul air yang baru terbentuk itu mulai berkelana di ruang antar bintang yang dingin, dan mereka membentuk bongkahan es. Pada saat mereka menempel di komet atau di planet. ISO juga mendeteksi air di wilayah-wilayah lainnya, termasuk di tengah galaksi dan di bintang yang baru lahir atau bintang yang mati.


Unsur kimia kaya organik di ruang angkasa berada di antara bintang-bintang
Atom dan molekul di ruang angkasa yang terdeteksi akan diidentifikasi dengan membandingkan susunan yang membentuknya dengan susunan yang terdapat di laboratorium yang ada di Bumi. Hasilnya terkadang tidak cocok, sehingga ahli astronomi tidak dapat mengidentifikasi jenis molekul apa yang telah mereka deteksi itu.

Sekelompok susunan molekul yang menimbulkan jejak kimia di banyak tempat di jagad raya ini dikenal dengan molekul karbon yang kompleks. Molekul itu terbuat dari ratusan atom karbon. Jumlah mereka yang berlimpah itu menunjukkan bahwa keberadaannya merupakan unsur kimia organik yang aktif dan kaya terletak di sekitar bintang-bintang dan ruang diantara mereka.

Bahkan beberapa data ISO telah menemukan sedikit unsur bensin di ruang angkasa. Pendapat ahli astronomi bahwa unsur itu merupakan struktur yang aromatik, bentuk molekulnya seperti cincin. Fakta itu telah diterima diantara ahli astronomi dan menyebut susunan korbon itu sebagai Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs).

Struktur berbentuk cincin itu sangat dibutuhkan sejak kehidupan bermula.

Hubungan antara unsur kimia ruang angkasa yang kaya organik dengan perkembangan sistem planet, masih terus  dilakukan pada komet dan meteorit.

(Klm)




Tulisan ini diambil dan diterjemahkan dari http://sci.esa.int/science-e/www/object/index.cfm?fobjectid=26783#TopOfPage

Tidak ada komentar:

Posting Komentar