Selasa, 24 April 2012

Afrika ternyata memiliki sumber air bawah tanah

Para peneliti mengatakan benua Afrika yang dikenal kering berada di atas penampungan air yang berjumlah besar yang berbentuk air tanah.

Peneliti berargumen bahwa volume keseluruhan air di sumber mata air dalam tanah jumlahnya 100 kali jumlah air di permukaan.



Mereka menekankan bahwa pengeboran skala besar mungkin bukan cara terbaik untuk meningkatkan suplai air. Demikian ditulis di dalam jurnal Environmental Research Letters.

Di sepanjang benua Afrika, lebih dari 300 juta orang dikatakan tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman.

Permintaan terhadap air diperkirakan akan meningkat di dekade mendatang terkait dengan peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan akan irigasi.

Air segar di sungai-sungai dan danau-danau merupakan subjek banjir musiman dan kekeringan yang membatasi penyediaan air untuk masyarakat dan pertanian. Saat ini hanya sekitar 5 persen wilayah yang teririgasi.

Sekarang, para peneliti dapat membawa analisis air terhadap benua besar ini bahwa  air berada tersembunyi di dalam lapisan akuifer. Peneliti dari British Geological Survey (BGS) dan University College London (UCL) telah memetakan secara detil sejumlah area potensial sumber air tanah di benua Afrika.

Helen Bonsor dari BGS merupakan salah satu penulis mengatakan bahwa sampai dengan saat ini air tanah masih tidak terlihat mata dan jauh dari pikiran. Dia berharap peta terbaru akan membuka mata masyarakat terhadap potensi yang ada.

"Dimana ada penyimpanan air di tanah yang besar terletak di wilayah  Afrika Utara, di daerah aliran sedimen yang besar di negara Libya, Aljazair, dan Chad," kata Helen.

"Jumlah cadangan di daerah tersebut sama dengan 75 meter ketebalan air di keseluruhan wilayah itu-- itu merupakan jumlah yang besar."


Kejadian Masa Lampau

Oleh karena terjadinya perubahan dari iklim yang menyebabkan berubahnya Sahara menjadi gurun pasir berabad-abad lalu, beberapa lapisan akuifer yang terletak di bawah tanah terisi dengan air pada 5.000 tahun lalu.

Para peneliti menghasilkan informasi dari peta hidro geologi yajg didapatkan dari pemerintah-pemerintah setempat selain itu juga dari penelitian terhadap 283 akuifer.

Para peneliti mengatakan peta baru mereka mengindikasikan bahwa beberapa negara saat ini didesain sebagai "wilayah langka air" memiliki cadangan air tanah yang penting.

Tetapi para peneliti masih berhati-hati dalam menyebutkan cara terbaik untuk memperoleh sumber-sumber tersembunyi tersebut. Mereka berpendapat bahwa pengeboran mungkin tidak berhasil.

Dr Alan MacDonald dari BGS, penulis utama penelitian ini, mengatakan kepada BBC, "Pengeboran yang dalam seharusnya tidak dikembangkan tanpa memahami pengetahuan kondisi air tanah setempat."

"Pengeboran yang tepat dan pengembangan lubang pengeboran yang rendah di wilayah kesulitan air dengan menggunakan pompa tangan dapat berhasil dikembangkan," kata Alan.

Dengan beberapa aquifer tidak terisi karena jarang terjadi hujan, para peneliti mengkhawatirkan pengeboran skala besar dapat menyebabkan kekacauan secara cepat sumber air bawah tanah.

Menurut Helen Bonsor, terkadang cara yang lambat untuk mendapatkan air dapat lebih efisien.

"Penyimpan aquifer letaknya sangat dalam di sepanjang wilayah sub-Sahara Afrika," jelas Helen.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa dengan pencarian dan konstruksi yang teliti, ada sejumlah air tanah di bawah benua Afrika yang dapat mendukung suplai air tingkat rendah yang dapat menyediakan air bagi masyarakat dan irigasi."

Peneliti mengatakan bahwa sumber air itu dapat bertahan terhadap perubahan iklim.

"Bahkan di penyimpanan terdalam aquifer di semi arid area dengan keadaan curah hujan yang sangat jarang, air tanah mengindikasikan dapat bertahan di tanah sampai dengan 20--70 tahun," kata Helen.

"Jadi saat ini, ekstraksi untuk air minum dan irigasi skala kecil dapat menyediakan dan kembali menyediakan cadangan terhadap perubahan iklim."

(KLM)

Diterjemahkan dari BBC News.

Selasa, 03 April 2012

Reaktor nuklir Fukushima berjuang dengan air

Salah satu reaktor di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi ditemukan mengalami kekurangan air pendingin dan level lanjut radiasi nuklir dibandingkan perhitungan sebelumnya yang dilakukan di dalam unit, sebagaimana dikatakan oleh seorang operator dalam laporannya minggu lalu.




PLTN Fukushima Daiichi
sumber: satimagincorp.com


Petugas menyatakan survei menunjukkan sekitar 60 cm air terdapat di bagian bawah pengaman bejana (containment vessel), berbanding dengan perkiraan sekitar 3 meter.

Setidaknya beberapa bahan nuklir diyakini berada di pengaman bejana yang mengelilingi bejana reaktor sebagai perlindungan baris ke-2.

Air tampaknya cukup untuk menghindari resiko panas berlebih (overheating) dari bahan bakar nuklir karena suhu bejana tetap stabil di sekitar 48 derajat celcius, kata petugas lagi.

Akan tetapi rendahnya permukaan air diperkirakan adanya kebocoran dari unit lebih buruk dari yang telah diantisipasi. Artinya masih dibutuhkan air untuk menjaga bahan bakar nuklir dari panas berlebih, menambah masalah mengenai bagaimana mengatasi ratusan ton air radioaktif yang telah bocor ke wilayah di sekitar PLTN.

Petugas Tepco juga menyatakan alat pendeteksi radiasi telah menemukan radiasi tinggi di dalam pengaman bejana, antara 31.1 -- 72.9 sieverts. Dibandingkan dengan level radiasi tertinggi di luar pengaman bejana yang terdeteksi sejauh ini sebesar 1--4 sieverts.
(Klm)

Diterjemahkan dari Wall Street Journal