Sabtu, 24 Maret 2012

Dekade mendatang, masalah air memicu perang

Hasil penelitian National Intelligence Estimate, sebuah agensi pemerintah Amerika Serikat terhadap beberapa wilayah sungai dan danau di Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika Utara, dan Asia Tengah menyebutkan kekurangan air bersih, kekeringan, dan banjir akan menjadi hal penting sebagai penyebab ketidakstabilan global dan konflik pada dekade ke depan.



Laporan terkait keamanan air merupakan permintaan Sekretaris Negara Amerika Serikat, Hillary Rodham Clinton.

"Permasalahan itu nyata dan akan meningkatkan masalah keamanan," kata Hillary.


Permasalah terkait resiko air dapat menyebabkan peperangan dalam 10 tahun ke depan. Peperangan itu merupakan taraf minimal dan menyebabkan pengaruh pasar makanan global maupun lokal.

Kemudian setelah tahun 2022, penggunaan air sebagai senjata perang atau alat terorisme akan menjadi sering terutama terjadi di wilayah Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika Utara.

Dalam laporan itu dikatakan bahwa bencana banjir, kelangkaan dan rendahnya kwalitas air, dikombinasikan dengan kemiskinan, ketegangan sosial, kepemimpinan pemerintahan yang buruk akan berkontribusi terhadap ketidakstabilan yang menyebabkan kegagalan di banyak negara.

Laporan tersebut mencatat bahwa negara-negara yang pada masa lalu telah memecahkan masalah air melalui negosiasi tetapi dikatakan dapat berubah menjadi lebih parah karena kekurangan air.

"Kami menilai bahwa kekurangan air menjadi lebih parah pada satu dekade mendatang, air di waduk atau danau yang berbagi akan digunakan sebagai alat --penggunaan air sebagai senjata atau untuk tujuan teroris, akan terjadi dalam 10 tahun ke depan.

Laporan itu memprediksikan berdasarkan geografi negara-negara yang berada di wilayah atas DAS (hulu) akan lebih berkuasa ketimbang negara-negara yang di sebelah bawah DAS (hilir).

Negara-negara yang berada di hulu akan membatasi akses terhadap air dengan alasan politik dan negara-negara tersebut akan mengatur suplai internal untuk menekan gerakan separatis dan populasi yang membangkang.

Pada saat yang bersamaan, teroris  beserta pemerintah yang tidak berwenang akan lebih sering menargetkan lokasi-lokasi yang terkait infrastruktur air seperti dam, reservoir.

Meskipun serangan itu tidak sukses tetapi ketakutan terhadap banjir besar atau kehilangan sumber-sumber air akan menimbulkan kekhawatiran publik dan menyebabkan pemerintah mengambil tindakan yang memerlukan biaya untuk melindungi infrastruktur air.

Penelitian itu difokuskan secara spesifik pada beberapa sungai dan danau, termasuk didalamnya Sungai Nil, wilayah Sudan dan wilayah selatannya, Sungai Efrat dan Tigris di Irak, Sungai Mekong di China dan Asia Tenggara, wilayah Yordania, Sungai Indus dan Brahmaputra di India dan Asia Selatan, juga Sungai Amu Darya di Asia Tengah.

(Klm)

sumber: ANTARA News

Tidak ada komentar:

Posting Komentar